Selasa, 08 September 2020

Sedikit Perjalanan Intelektual dan Pemikiran Gus Dur

Gus Dur memiliki khazanah intelektual yang tidak diragukan lagi, walupun setahu saya beliau secara formal tidak pernah lulus dari suatu universitas, tetapi bacaan buku serta pengalaman beliau berkelana ke berbagai daerah Eropa dan Timur Tengah, Beliau sempat kuliah di IRAK dan menguasi kalau tidak salah 4 bahasa diantaranya bahasa Arab, Inggris, Prancis, dan Belanda, membuat beliau mudah membaca informasi dan pengetahuan yang berasal dari Eropa dan Timur Tengah.

Diantara jejak intelektual Gus Dur setelah kerja kerasnya membaca banyak buku yaitu  tahun 1970 tulisan-tulisan mengenai pemikiran beliau mulai dimuat di majalah Tempo. Kemampuan Gus Dur untuk menulis begitu mengagumkan karena beliau mampu menyerahkan naskah tulisannya hanya selang waktu 2 jam menulis, disamping itu beliau rajin sekali menulis, bagi kita yg ingin pandai dalam hal menulis ya cara pertama kita harus rajin baca buku dan rajin menulis tentunya.

Gus dur juga pernah bekerja di  LP3ES di Tahun 1971, kemudian 1972 mulai aktif mengisi seminar ilmiah dan ceramah, dan juga menulis di kolom Tempo dan Kompas, serta Prisma.

Tahun 1978 mulai aktif dan terlibat di Lingkaran Intelektual Muslim Progresif. Hingga 1980 mulai dikenal publik sebagai tokoh muda intelektual yang menganjurkan pembaruan pemikiran Islam.

Islam menurut Gus Dur memang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW untuk seluruh umat manusia tanpa terkecuali. Disinilah kita dapat menyiapkan argumen bahwa islam dapat berkembang dimana saja dan merasuk kebudaya manapun dengan ramah dan dapat diterima dimanapun apabila disampaikan secara pendekatan manusiawi.

Memang Nabi Muhammad diturunkan di Arab bukan tanpa tujuan, namun setelah Islam masuk ke suatu daerah dengan situasi dan kondisi yang berbeda maka strateginya pun berbeda dengan catatan bahwa pedoman dan akidahnya tetap sama. Islam punya prinsip yang tidak boleh diganggu gugat dan punya sisi perdamaian dalam sisi fikih dakwahnya. Mengenai hal ini Islam turun di Arab bukan bertujuan supaya budaya arab melekat pada agama Islam, tetapi supaya keaslian Al-Qur'an tetap terjaga karena bangsa Arab merupakan bangsa yang memegang dan menjaga betul teks suci yang disampaikan Nabi mereka dobandingkan bangsa lain.

Sedangkan sistem pemerintahan Islam pun tidak pernah diatur secara paten oleh Nabi Muhammad, karena sepeninggal beliau Sahabat Abu Bakar ditunjuk untuk memimpin oleh para sahabat, kemudian sahabat Umar bin Khatab ditunjuk oleh sahabat Abu Bakar sendiri melalui wasiatnya, selanjutnya setelah itu sahabat Ustman bin Affan dan Ali Bin Abi Thalib dipilih berdasarkan panitia pemilihan.

Jadi dapat diartikan bahwa Islam bisa masuk dimanapun dan di sistem negara apapun, walaupun di dalam Al-Qur'an terdapat ayat yang menerangkan tentang khalifah bukan berarti sistemnya harus Khilafah, tetapi bisa menggunakan sistem lain seperti Demokrasi, Sosialis, Komunis dan Republik, asalkan dengan syarat Islam tetap dapat diterima di sistem itu.


Awal Mula Perkenalan dengan Gus Dur ( KH. Abdurrahman Wahid )

 Dalam perjalanan hidup saya, mengenal dan mengagumi Gus Dur memang bukan hal yg instan, karena saya sempat berpikir negatif tentang Gus Dur dimasa kecil, karena Gus Dur selalu bikin wacana publik menjadi hangat dan kontroversial, walaupun tidak sepenuhnya negatif trus, saya merasakan kebijakan libur 1 bulan ketika bulan ramadhan, di dalam hati saya terkaget² dan sekaligus senang, karena tidak pernah  mersakan senyaman itu membayangkan bulan ramadhan secara utuh di rumah.

Setelah saya belajar dan mencoba menelusuri jejak Gus Dur melalui berbagai informasi dan buku, singkat cerita saya mulai mengagumi sosok beliau yg saya rasa banyak tindakan dan prinsip beliau cocok dengan hati nurani saya, isu yang diperjuangkannya diantaranya isu HAM, Demokrasi, Pribumisasi Islam, Modernisasi Pesantren, hak-hak minoritas, dan masih banyak lagi, tidak bisa disebutkan satu persatu karena terlalu banyak. Dari itu semua para murid Gus Dur merumuskan 9 Nilai Utama Gus dur untuk memformulasikan dan mengenalkan kepada anak-anak milenial dan mengobati kerinduan kita bersama terhadap sosok Gus Dur.

Pengenalan saya tengang Gus Dur juga ditunjang juga dari diskusi-diskusi dan pelatihan di Jaringan Gusdurian, yang di dalamnya membahas Biografi intelektual Gus Dur untuk mengetahui lebih mendalam sosok Gus Dur, yang mana banyak nilai-nilai yg melekat pada Gus Dur yg saya teladani, saya meneladani Gus Dur dari seprti peka terhadap kesulitan yg dialami masyarakat sekitar kita, mencoba bergaul dengan orang² berbagai suku, ras, dan agama supaya kita tidak terjebak dalam prasangka dan stigma² negatif terhadap orang lain, karena kita sering menilai tanpa berdialog, hal itu yg membuat perpecahan terus terjadi. 

Banyak ulasan-ulasan dalam diskusi yg digelar di Jogja tentang Gus Dur dan kesetaraan Gender yg ditulis dari perspektif tokoh perempuan tentang sosok Gus Dur.  Kenapa begitu? Karena yg lebih pantas membahas tentang perempuan adalah diri perempuan itu sendiri, keresahan apa yg dirasakan para perempuan dan siapa yg benar-benar peduli dengan diri mereka, memang masih belum banyak yg mengulas tentang pandangan Gus Dur tentang kesetaraan Gender. 

Namun, Gus Dur sudah menunjukkan kefokusan beliau untuk membela terhadap kaum perempuan ditunjukkannya dalam sikap dan tindakan beliau. Seperti, Gus Dur ikut berkontribusi menolak Rancangan Undang-undang Pornografi dan Pornoaksi. Karena RUU tersebut dinilai berpotensi menjebak kaum perempuan dalam dilema peran sosial. 

Gus Dur selalu mengedepankan humanitas, kesetaraan dalam tindakannya untuk mencapai keadilan dalam membuat kebijakan maupun bertindak untuk orang-orang yg hak-hanya diberangus. Gus Dur sanggup melakukan itu semua karena sudah mencapai tahap ketauhidan yg tinggi, dan telah selesai dengan gejolak didalam dirinya.

Begitulah sedikit pengalaman proses pengenalan saya terhadap sosok Gus Dur, dan saya kagum sekagum-kagumnya terhadap Gus Dur dan apapun yg beliau rintis dari awal perjuangannya sampai akhir.


Kamis, 16 April 2020

Kontra Produktifnya Kritik terhadap Lagu "Aisyah Istri Rasulullah

Kontra Produktifnya Kritik terhadap Lagu "Aisyah Istri Rasulullah"

Akhir-akhir ini kita disuguhkan lagu Aisyah istri Rasulullah yang trending dan disukai oleh kalangan sobat bucin Radiyallahu'anhum, serta disukai juga oleh santri-santri  mungkin sebagai wujud rasa cintanya kepada Rasulullah, kalangan musisi-musisi juga mengcover lagu tersebut, tidak heran kenapa para musisi mengcover lagu itu alih-alih untuk mensyi'arkan agama, juga digunakan untuk mendongkrak ketenarannya dan mengangkat namanya.

Lagu tersebut dibuat juga melihat bagaimana pasar di Indonesia saat ini menuntut disematkannya embel-embel Agama diberbagai produk yg dihasilkan, apalagi lagu ini dirilis pada saat  pandemi seperti ini sehingga pasti banyak orang yang membutuhkan hiburan dan sebagai contoh bagaimana produk terkenal pasta gigi yaitu Pepsodent mencoba berinovasi membuat pasta gigi dengan sari Siwak, itu semua dilakukan supaya apa? Supaya laku dipasaran, dengan promosi untuk menjaga Sunnah. Pastinya embel-embel itu disematkan untuk menarik perhatian publik, kalau tidak begitu iklan tidak akan laku. 

Munculnya pro dan kontra tentang lagu ini muncul menghiasi dinding sosmed, alasan yang pro menganggap apabila suatu karya muncul harus diapresiasi baik itu mengandung kepentingan atau tidak, dahulu sya'ir dikalangan orang arab memang digunakan sebagai media untuk memuji kebaikan, bisa juga sebagai alat menghina yang sangat manjur, mungkin hal tersebut diterapkan oleh yang membuat lagu ini dan pihak-pihak yang terlibat.

Sedangkan sebagian alasan orang-orang yang kontra adalah kenapa yg dimunculkan dari sisi Sayyidah Aiysah R.A yang romantis-romantis saja? Kan Sayyidah Aisyah R.A juga pernah cemburu dan marah dengan nabi sebagai sifat khas manusiawi, hal-hal yang baik dan mendukung karya itu jelas yang dimunculkan kalau tidak dimunculkan tidak akan laku di pasar, kan mereka mau mendapatkan ketenaran.

Jikalau ingin mengonter atau menandingi suatu karya harusnya lewat karya juga,  sedangkan kalau mau mengritik seharusnya paralel sesuai kaidah-kaidah karya sastra khususnya karya musik. Masak iya mengkritik lewat sejarah, ya jelas tidak nyambung.

Sebenarnya saya termasuk golongan yang kontra dan risih, tetapi nalar saya masih bekerja dan mengatakan bahwa lagu ini karya sastra dan harus dikonter juga dengan karya sastra. Saya pribadi masih berpikir dan terus berpikir apakah saya ini termasuk seseorang yang iri saja karena belum dapat membuat suatu karya sastra yang trending seperti lagu ini. Bagaimana jika kritik kita terhadap lagu tersebut disalurkan untuk berinovasi membuat karya yang lebih bagus lagi, sepertinya hal itu lebih produktif.

Kita sering sekali mendengarkan terhadap apa yang ingin kita dengar saha, melihat terhadap apa yang ingin kita lihat dan membenarkan apa yang ingin kita benarkan saja. Bahkan kata Neitzsche "Kadang-kadang orang tidak ingin mendengar kebenaran karena mereka tidak ingin ilusi mereka dihancurkan."

Minggu, 27 September 2015

kegiatan dan motifasiku

kegiatanku di pondok sehari-hari adalah bangun pagi untuk melaksanakan sholat subuh,sehabis itu mengaji, sarapan pagi dan berangkat kuliyah.diperkuliyahan aku menjalani kuliyah dengan tertib walaaupun dikampus banyak tugas dari dosen yang membuatku menguras fikiran dan menyibukkanku setiap har, tapi aku akan selalu menjalani kuliyah dengan penuh semangat agar lulus secepat mungkin dan membahagiakan orang tua.
membahagiakan orang tua adalah prioritas penting dan kebanggaan tersendiri bagiku karena beliyau adalah pelita hidup dan tak bisa tergantikan oleh siapapun, begitu juga keluarga, teman-teman juga tidak kalah penting karena mereka adalah sebuah pijakanku menuju masa depan.